Jika kau ingin tahu apa itu pintu Doraemon, dari perpustakaan utama, pergilah ke utara kampus satu. itu kalau kau dari perpustakaan. Kalau kau dari arah rektorat, berjalanlah ke arah timur. Beda lagi kalau kau datang dari gerbang utama kampus satu. Pergilah ke arah barat. Tepat di sebelah Bank Mandiri atau toko buku mizan, di situ kau bisa lihat sebuah pintu kecil berwarna hijau. Itulah pintu Doraemon.
Pintu hijau ini punya rupa yang tak sama dari pintu Doraemon yang sering kita lihat di TV. Kalau pintu Doraemon yang asli itu berwarna merah muda, kalau yang satu ini berwarna hijau. Tapi fungsinya sama. Sama-sama menghubungkan orang ke tempat lain, bedanya pintu ini menuju Jalan Pesanggrahan.
Entah siapa yang menyematkan nama pintu doraemon kepada pintu ini. Saya sendiri lebih suka menyebut pintu ini sebagai “pintu kecil” saja. Karena memang bentuknya yang kecil. Tapi tak apa juga disebut sebagai pintu Doraemon. Sebab di depan Student Center pun ada bangku Doraemon. Mirip bangku yang ada di lapangan tempat Nobita dibully habis oleh Giant dan Suneo.
Di siang hari, di depan pintu Doraemon menuju Jalan Pesanggarahan, kadang kau bisa menemukan orang yang menjual tisu. Dalam pandangan saya, pintu Doraemon adalah tempat yang strategis untuk menjual tisu. Tisu itu murah, Ciputat itu panas, dan orang-orang lebih suka berjalan kaki menuju Pesanggrahan, dengan 3 variabel tersebut, bisa dipastikan tisu-tisu itu pasti ada yang beli. Jadi jualah tisu.
Di lain waktu, ada pula orang yang meminta-minta. Memang tidak sering, namun setiap hari Jumat selalu ada. Tak ketinggalan, ada juga yang memanfaatkan pintu kecil sebagai tempat untuk menyebar brosur-brosur yang bermacam-macam tujuannya. Kalau kau punya agenda rahasia semisal menguasai dunia atau negara, pakai saja pintu kecil ini untuk membagi-bagikan brosur buatan kelompokmu. Nah, dari muka pintu saja, pintu kecil ini sudah banyak manfaatnya.
Masih di siang hari, keluarlah ke arah Jalan Pesanggrahan, kau pasti melihat banyak sekali pedagang makanan. Mulai dari warung nasi Padang, siomay, mie ayam, ketoprak dan masih banyak lagi jenis makanan lain ada di jalan Pesanggrahan.
Kalau kau solois (tanpa pacar/jomblo/single fighter), kau bisa pilih tempat makan tergantung mood dan selera mu. Beda halnya dengan kau laki-laki yang pacaran. Memilih tempat makan bukan hakmu. Memilih tempat makan itu adalah hak dasar perempuan yang mesti kau hormati meski dia bilang terserah.
Tak hanya makanan, ada juga yang menjual alat untuk keperluan kuliah. Keperluan mahasiswa yang baru (masih merah sekali) sampai keperluan mahasiswa yang selesai sidang skripsi (biasanya bau tanah), semua ada. Lengkap dan banyak sekali pilihannya.
Saya pernah mendengar, omzet untuk satu pedagang di Pesanggrahan bisa mencapai nominal juta per hari. Ya meski tak semua. Itu pun entah celotehan saja atau memang benar begitu. Bayangkan saja, mahasiswa UIN yang berjumlah ribuan itu melakukan kegiatan ekonomi di Pesanggrahan. Berapa juta rupiah uang berputar disitu. Tapi jika mau data yang pasti kau boleh cek sendiri.
Di malam hari sampai menjelang tengah malam, fungsi pintu kecil ini masih digunakan orang banyak. Bedanya, pedagang siang sudah berganti dengan pedagang malam. Pedagang malam ialah pedagang yang berjualan ketika malam hari saja. Contohnya warung kopi.
Kalau kau suka diskusi di area Bank Mandiri dan sekitarnya kau pasti tahu warung kopi disitu. Kau bisa membawa kopi dari tempat itu ke dalam kampus, karena memang jaraknya yang sangat dekat. Jadi pesan apa saja mudah.
Belum lagi nikmat-nikmat lain jika berdiskusi di area itu. Misalnya, kita bisa memilih tempat meriung yang nyaman meski lesehan tanpa alas. Tidak seperti warung kopi mahal yang cuma mengandalkan wifi dan kopi mahal saja. Sebab, anak UIN itu kalau nongkrong sambil ngopi pastilah sedang berdiskusi berat. Bukannya ngopi cantik sambil wifi-an! Jadi pintu kecil sangat berjasa terhadap orang-orang rantau kecil seperti kami yang tak mampu nongkrong di kafe kopi mahal. Maaf saya jadi curhat.
Tak cuma warung kopi, kalau kau lapar, pedagang-pedagang nasi dan makanan ringan siap melayanimu sampai larut malam.
Jalan Kaki
Pintu kecil juga mengajarkan orang berjalan kaki. Mengapa jalan kaki? saya jelaskan. Jika ke Pesanggrahan, orang akan lebih memilih lewat pintu Doraemon daripada naik motor dengan memutari kampus UIN lewat SMK Triguna yang jauh itu. Atau jika nakal, orang akan naik motor melawan arah langsung ke Pesanggrahan, ditambah jalan raya depan kampus UIN yang makin hari makin ganas, ini berbahaya. Belum lagi ditilang polisi. Oleh sebab itu, orang-orang lebih memilih lewat pintu Doaemon jika ke Pesanggrahan dengan jalan kaki. Itu kondisi jika pintu Doraemon dibuka.
Keuntungan jalan kaki tak hanya menghemat waktu. Buat solois (tanpa pacar/jomblo/single fighter), pintu doraemon bisa jadi bursa tempat mencari kekasih. Hal tersebut tidak bisa didapatkan jika si solois naik motor kemana-mana, pakai helm pula. Bagaimana bisa dia memberi pesona solois mapannya itu? Menjadi solois bertahun-tahun pasti membuatnya mapan dalam hal tebar pesona.
Meski mapan, saya menyarankan, lakukan tebar pesona tepat di mulut pintu. Di antara dua sisi yang dipasahkan oleh besi penghalang. Sebab, ketika melewati besi pengahalang tersebut pasti seseorang melambatkan jalannya karena tak mau menabrak orang lain atau menabrak besi. Di ada saat-saat begitulah kau bisa melancarkan tebar pesonamu itu. Maka dengan berjalan kaki ke Pesanggrahan, peluang untuk mendapat kekasih seharusnya lebih besar.
Tak cuma solois, yang punya pasangan juga jadi lebih mesra. Jika berboncengan naik motor itu tak boleh karena bukan muhrim, sebaiknya jalan kaki saja. Quality timenya lebih bagus ketimbang boncengan di motor. Saran saya, belilah kabel splitter untuk dipasang di handphone. Pasang earphonemu berdua. Sambil berjalan, dengarkan lagu-lagu romantis berdua kesayanganmu. Saya usul lagunya Stevie Wonder, for once in my life. Hal tersebut tidak bisa kau lakukan jika sedang mengendarai motor, bahaya (jalan kaki juga sih).
Jika Tutup
Namun, bagaimana jika pintu Doraemon itu ditutup? Saya sendiri belum tahu pasti mengapa pintu kecil ini ditutup. Dari banner yang terpampang di muka pintu tertulis,”Mohon maaf, untuk keamanan, ketertiban, dan kenyamanan, pintu masuk ke Pesanggrahan, terhitung mulai Hari Rabu, 18 Mei 2016 tidak difungsikan lagi.” Dari situ saya menduga, barangkali karena belakangan ini banyak kasus pencurian. Terakhir kali terjadi di perpustakaan utama.
Jika pintu kecil ditutup, bagaimana nasib pedagang-pedagang yang ada disana? Akankah roda ekonomi akan tetap stabil?
Bagaimana pula dengan solois yang bisa tebar pesona lewat pintu Doraemon? Jika ditutup pasti banyak orang yang lebih memilih ke Pesanggrahan dengan motor. Bisa memutar UIN bisa juga melawan arah. Kalaupun berjalan kaki, pastilah harus melewati pinggir jalan raya yang sungguh tak nyaman.
Belum lagi pengendara motor kurang ajar yang memotong jalan lewat pinggir jalan halte lama UIN. Ruang pejalan kaki di depan kampus UIN itu sungguh tak menyenangkan. Kadang ada genangan air yang lumayan dalam, cukup buat malu jika terjerembap. Untuk menghindari genangan air itu, pejalan kaki harus mepet ke jalan raya. Berbahaya! Selain itu, jauh pula.